DENDAM! YANG TAK TERBALAS
17.27 Posted In cerpen Edit This 0 Comments »Oleh: Dian T Indrawan
(Ketua Program Konseling dan Pengorganisasian Komunitas Gay Matari Sehati
Naskah ini pernah diikutsertakan lomba di kolomkita.com
Seorang wanita jatuh di dorong oleh seorang pria bertubuh kekar, terdengar pula isak tangis sang gadis sembari memegangi pipinya yang seperti bekas di tampar namun pria tersebut hanya acuh dan mencaci-maki gadis tersebut. Pria itu tampak geram namun tidak nampak mukanya, hanya terlihat tangan yang mengepal dan sebelah kanan bahunya.
***
Sekelompok anak muda yang terdiri dari Rina, Akram, Ucok dan Sugeng sedang melakukan riset untuk proses pembuatan film dokumenter mereka.
“Cut….!! Baiklah hari ini cukup sekian, kerja yang bagus teman-teman….” Kata Rina untuk mengakhiri pekerjaannya.
Akram terlihat berbincang dengan narasumber dan kemudian berjabat tangan. Lalu mereka pun mengemasi perlengkapan dan hendak untuk pulang. Pada perjalan pulang terlihat aktivitas mereka yang sedang mengevaluasi hasil kerja hari itu yang diselingi dengan senda gurau.
“Jadi, Bagaimana?? Kalian jadikan memintakan ijin ke Bapakku?’’ Tanya Rina untuk menanggih janji teman-temannya. Namun ketiga temannya hanya tersentak kaget, diam dan saling berpandangan.
"I....iya deh tapi benar tidak apa-apa?” Jawab Akram dengan tergagap-gagap dan menyikut bahu Ucok memberi tanda agar ia ingin berbicara dengan sang Bapak.
“Ya…. Tergantung dengan negosiasi kalian.” Jelas Rina dengan tanda sedikit menyerah.
“Hheghhhhh“. Arka menghela nafas sembari tersenyum waktu mengendarai mobil. Ketika didepan pintu rumah Rina, ia pun muali mengetuk pintu rumahnya. Lalu pintu itu pun terlihat terbuka serta dibarengi muncul sosok seorang Bapak dengan tatapan tidak bersahabat.
“Maaf Om kami pulang telat lagi, tadi pekerjaannya harus selesai....“ Belum selesai Akram memberi penjelasan, sang bapak yang tak lain adalah Bapak Rina langsung memotong pembicaraan dengan muka sinis.
“Rina!!! Masuk!!!“ Sahut Bapak Rina sambil bersiap menutup pintu.
”Eng…Terima kasih ya….” Ucap Rina dengan perasaan sungkan dengan teman-temannya. Rina pun akhirnya masuk dan pintu rumahnya langsung ditutup oleh bapaknya. Ketiga teman itu tertegun sejenak, langsung bergegas untuk pergi.
Sementara itu diruang tamu dengan lampu yang sedikit redup terlihat Rina duduk disofa sembari menunduk menenggelamkan mukannya. Sang bapak berdiri di depan meja kaca diseberang sofa tempat Rina duduk. Dengan muka marah namun terlihat tenang.
“Sepertinya kamu sudah tidak dapat di atur lagi. Sudah berulang kali bapak peringatkan untuk sedikit menurut dengan orang tua. Bapak tidak suka jika kamu keluyuran tiap malam apalagi dengan teman-temanmu yang urakan itu!“ Jelas Bapak Rina dengan sangat marah dengan anaknnya.
“Tapi Pak! Aku pergi untuk kepentingan kuliah juga.“ Sahut Rina dalam meyakinkan bapaknya.
“Alah.... apa semua orang dikampusmu itu juga seperti kamu!!! Sadar!!! Kamu itu perempuan! Bapak hanya tidak ingin hanya karena ulahmu nama keluarga tercoreng.“ Ungkap Bapak Rina.
“Bapak itu!! Dari dulu perempuan selalu dijadikan alasan. Apa hanya kaum adam yang dapat menjaga diri. Satu lagi, jangan sekali-kali bawa nama teman-temanku lagi.....“ ungkap Rina yang langsung bergegas masuk ke kamarnya. Dalam posisi beranjak untuk tidur, namun Rina masih terngiang-ngiang di telinga perkataan bapak. Hingga akhirnya menutup mata dengan menahan tangis untuk berusaha tegar.
***
Rembulan nampak sepertiga dilangit dan terkadang wajahnya tertutup awan yang menyapu raut kuningnya. Malam itu sepi, suara-suara binatang malam tak sanggup mencairkan dinginnya malam. Tiba-tiba Rina terbangun dan langsung membuka matanya, tangan kanan Rina langsung meraba bagian depan lehernya yang merasakan dahaga dan keringnya tenggorokan. Sedangkan tangan kirinya menyibakkan selimut yang masih menutup sebagian badannya lalu Rina pun bergegas untuk beranjak dari tempat tidurnya menuju depan pintu kamarnya. Dibukanya pintu kamarnya dengan sedikit bermalas-malasan sembari mengucek matanya yang masih terbuka setengah. Pada saat itu terlihat menunjukkan pukul 03.30, Rina mulai meninggalkan kamarnya menuju ke ruang dapur. Berjalan dengan gontai sambil memicingkan mata agar pandangannya dapat fokus pada benda yang dilihatnya. Masih beberapa langkah, pikirannya langsung tertuju pada suara-suara aneh.
“Sruuup.....Sruuup.....“ terdengar suara aneh ini di sudut kamar mandi seperti orang yang sedang menangis dan menghirup ingus yang keluar dari hidungnya. Rina yang awalnya mengantuk jadi terpusat dengan suara tersebut yang lama-kelamaan semakin jelas, bahkan kini terdengar seperti suara seoarang wanita yang sedang menangis. Suara tangisan itu terdengar lirih tetapi sangat menyayat telinga. Ia pun mencoba `tuk mendekati sumber suara dari arah kamar mandi dengan berjalan membungkuk perlahan-lahan dan sangat hati-hati, dehidrasi yang sedang ia rasakan pun terabaikan. Semakin mendekat kearah suara itu semakin jelas bunyinya namun terkadang sejenak berhenti dan terdengar lagi secara berulang-ulang. Arah antara kamar mandi dan Rina sudah tidak jauh lagi hanya dalam hitungan langkah lagi… dipicingkan matanya lagi lebih dalam kearah kamar mandi yang pintunya terbuka setengah, walaupun cahaya ruangan itu tidak begitu terang namun sangat jelas dari pantulan cermin kamar mandi sesosok wanita menghadap kebelakang dengan gaun putih dan rambut lurus yang terurai sebahu.
Pemandangan seperti itu membuat Rina menahan nafas dan lidah hingga tiga kali lebih kelu dari haus yang mencekiknya tadi. Dengan mata yang menganga serasa tak percaya pikirannya diliputi perasaan takut dan penasaran. Akhirnya ia memberanikan diri dan mengumpulkan nyali mencoba mendekati sosok gadis yang menjadi sumber suara tangisan. Tangannya mulai meraih gagang pintu kamar mandi secara perlahan dan sangat tenang, namun pandangannya tak pernah beralih dari sosok yang hanya terlihat rambut dan setengah bagian belakang punggungnya. “Ngeeeeekkkkk…….” Suara pintu berderit menghentikan suara tangisan dan sesosok wanita yang dari tadi hanya bergerak terseguk-seguk menangis mulai membalikkan tubuhnya memutar kearah pintu, sedikit demi sedikit mukanya mulain terlihat. Sangat pucat seperti mayat yang aliran darahnya tak mengalir, dan tangannya mulai bergerak seperti membawa sesuatu. Rina mulai merasakan hawa dingin yang terasa hingga ketulang, belum sempat ia menghirup nafas, langsung meloncat kearah sosok wanita tadi membawa pisau yang berlumuran darah yang siap menghujamkannya kearah mukanya……. “Tiiiiiiiiiittttt!!!!!Tiiiiiiiiiiiitttt!!!!”
Rina langsung tersentak kaget dengan keringat dingin bercucuran ia terbangun dari mimpinya ia menghirup nafas panjang dan melepaskannya kemudian melihat kearah telefon genggamnya yang terus menerus berbunyii dan mengganggu tidurnya yang sama sekali tidak lelap. Ternyata terdapat satu pesan baru yang diterimanya dari Akram.
“Oii….sudah tidur belum? Aku baru saja melihat rekaman tadi, tampaknya ada yang aneh tetapi besok sajalah kamu lihat sendiri hasilnya. Namun masih aneh sikap bapakmu tadi J” Isi sms Akram untuk Rina.
“Ih…. Dasar!” Jawab sms Rina untuk Akram dengan sedikit ketus namun sedikit lega karena kejadian yang tadi hanyalah mimpi. Dilihatnya jam yang menempel pada dindidng kamarnya. Tersentak kaget! Ternyata waktu di jam tersebut sama persis seperti kejadian di mimpi yang menunjukkan pukul 03.30!! Kemudian ia memutuskan untuk ke kamar mandi karena sudah terlanjur terbangun dan menuju kearah pintu kamar mandi yang tertutup kemudian ia membukanya. Ketika Rina masuk dalam kamar mandi, ia mulai membasuh mukanya agar segar kembali dan kemudian ia bercermin dan menata rambutnya lalu ia beranjak dari tempat itu. Saat Rina kembali ke kamarnya, tiba-tiba terlihat sosok orang yang berjalan namun hanya kelihatan tangannya yang seperti memakai daster putih menutupi tubuhnya, sangat jelas bahwa ia adalah seorang wanita yang bergerak mendekati Rina. Orang itu lama kelamaan semakin dekat dari arah belakang hingga berjarak hingga satu langkah dan orang tersebut menjulurkan tangannya dan mencoba menyentuh Rina yang belum tersadar.
“Cleppp!!” Tangannya memegang pundak Rina. Rina kaget dan hampir berteriak namun saat menoleh kearah belakang ternyata sang ibu yang sedang mengenakan mukena seusai sholat malam.
“Yaa….. ampuuunnn…… ibu membuat orang kaget. Tumben bangun malam-malam, bu?” Tanya Rina dengan jantungnya yang masih berdebar karena kaget campur takut.
“Iya dari tadi ibu belum dapat tidur, dari pada hanya melamun lebih baik menunaikan ibadah sunnah selain mendapatkan pahala, hati kita menjadi terang. Ya sudah kamu tidur dulu
***
Terlihat pelan namun pasti mentari mulai menunjukan kuasa-Nya pada pagi hari dengan sinarnya yang muncul disela-sela awan yang sedang tertidur. Sewaktu Rina, dan Akram sedang duduk di taman kampus, Akram memperlihatkan hasil rekaman semalam.
“Ingat tidak tentang sesuatu yang kubilang aneh tadi malam? Masa ada gambar yang bocor seperti ini tidak ada yang tahu, apa mungkin kita semua terlalu capai? Tetapi sepertinya tidak mungkin, seingatku aku sudah menyeting tempatnya dan tidak ada orang lain selain
“Eh…. Coba di putar ulang terus di pause!” perintah Rina pada Akram.
Ternyata perempuan yang ada di dalam rekaman tersebut mirip dengan yang ada dalam mimpinya semalam, ia mencoba untuk mengingatnya lagi mimpi semalam. Pikirannya tak lagi dikampus dan sedang berdua, ia terus bertanya-tanya apakah ini hanyalah sebuah kebetulan, akan tetapi kemudian ia menyimpulkan mungkin ini hanya pikirannya saja yang sedang kalut.
“
“Ehh…. Iya mungkin lain kali…. Lain kali.” Jelas Rina dengan sedikit terkejut.
Seorang gadis dengan kaca mata hitam berambut panjang ternyata dari tadi memperhatikan kedua orang itu kemudian dia pergi. Suasana kampus terlihat tidak terlalu ramai, dan juga terlihat mahasiswa yanglalu lalang. Rina dan Akram sedang berjalan sembari berbincang menyusuri lorong gedung kampus yang asri. Lalu datanglah kedua temannya yang tak lain Ucok dan Sugeng. Mereka sepakat untuk retake ulang.
***
Di sauna malam yang dingin mereka berempat mencoba untuk mengambil gambar ulang.
“Baik… semua peralatan sudah tidak ada yang tertinggal? Usahakan jangan sampai bocor lagi!” perintah Akram kepada teman-temannya sebagai peringatan kepada mereka.
“Iya ini mata Ucok yang kurang beres….” Canda Sugeng pada Ucok dengan sedikit ejekan.
“Enak saja asal menyalahkanku, kamu itu Sugeng yang kerja kurang beres. Suara kamu sering bocor, telingamu ditaruh dimana???“ jawab Ucok yang tidak ingin kalah untuk saling mengejek.
“Hahahahaha.....“ tawa Akram melihat kedua temannya yang selalu perang mulut tetapi tetap saja akur bagai kucing dengan tikus.
“Cukup untuk bercandannya!“ sahut Rina kepada teman-temannya.
Sesampainya di tempat yang mereka tuju, suasana terlihat tidak seperti biasanya. Malam itu terlihat sepi dan sangat sunyi. Setelah mereka mengatur ulang tempat yang mereka siapkan, mereka mencari narasumber. Yaitu pak Sholeh.
“Dimana ini pak Sholeh? Kok tidak terlihat batang hidungnya? Tadi bagaimana kamu, sudah membuat janji? Jam berapa janji pak Sholeh datang?” Tanya Sugeng kepada Ucok yang selaku koordinator talent.
“Enak saja kamu asal tanya kepadaku, bukankah yang membuat janji dengan pak Sholeh itu kamu?!” Jawab Ucok untuk mengela cletukan Sugeng dengan raut wajak yang sedikit sebel.
“Oh.... iya.... jadi lupa....“ sahut Sugeng dengan sedikit bingung.
“Sebaiknya kita tunggu di warung itu, siapa tahu pak Sholeh ada di sana.“ Solusi Rina kepada ketiga temannya yang lain sambil menunjuk warung yang berada tepat di seberang jalan, terlihat terang namun tidak terlihat orang.
“Ya sudah kita sebaiknya kesana dulu, sekalian aku membeli rokok.“ Sahut Akram. Waktu terus berjalan mengiringi jalan mereka untuk menuju ke warung seberang jalan. Ketika melewati tempat yang dalam rekaman kemarin, terlihat sosok seorang wanita. Fikiran Rina langsung flash back pada mimpi buruknya.
Suasana warung yang mereka tuju memang sedikit terang dengan hanya diterangi lampu ukuran sepuluh watt, namun tidak juga ditemukan penjualnya.
“Permisi...!! Pak... Bu...... warung apa ini kok sepi?“ Cletuk Akram.
Ucok seakan-akan mendapatkan ide gila yang kemudian ia memberikan kode lewat matanya kepada Sugeng, agar nekat mengambil gorengan yang berada tepat di depan hadapan mereka, supaya mendapat peluang untuk makan gratis. Namun Sugeng melototkan matanya ke arah Ucok yang seakan menolak ajakannya untuk mencuri makanan.
“Kita tunggu disini sebentar, siapa tahu penjualnya sedang ada keperluan lain. Kalian lebih baik mengatur tempat dan peralatan yang kita butuhkan supaya nanti tidak keteteran.“ Pinta Rina kepada Ucok dan Sugeng.
Sewaktu Ucok dan Sugeng mengatur dan memasang peralatan yang dibutuhkan, tiba-tiba terdengar suara-suara aneh di dalam bangunan tua. Mula-mula mereka mengacuhkan suara aneh itu. Namun pada akhirnya mereka penasaran dengan suara tersebut.
“Geng, kamu mendengar suara yang aneh atau tidak?“ tanya Ucok kepada Sugeng dengan sedikit penasaran dengan suara aneh itu.
“Cok, cek dulu suara itu.“ Pinta Sugeng.
“Wah... lebih baik kita cek bersama, apalagi tempat itu serem.“ Usul Ucok sambil tangannya mendekap seperti kedinginan dan matanya mengitari bangunan tua itu.
Waktu berjalan mengiringi jalannya Ucok dan Sugeng ketika mencari sumber suara aneh yang mereka maksud. Suara itu terkadang diam namun terkadang terdengar juga. Saat mereka masuk dalam suatu ruangan yang terdapat didalam gedung tua itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh benda yang menggantung. Mereka pun terhentak kaget. Ada seseorang yang berjalan mendekati mereka berdua dan menghampiri mereka pula dari belakang. Kemudian menepuk pundak salah satu dari mereka. Ucok dan Sugeng pun kaget serta teriak pun terdengar keras dan tak dapat ditahan.
“Sedang apa kalian disini, bukankah tadi Rina menyuruh kalian untuk menyiapkan alat-alat? Bukan untuk main-main?!“ tegas Akram kepada Ucok dan Sugeng.
“Hati-hati kalau ngomong, Kram! Tadi kami mendengar suara-suara aneh disini.” Jelas Ucok pada Akram.
“Alah…. Memang dasar kalian saja yang penakut.” Sahut Akram. Belum selesai Akram bicara, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan sekelebat bayangan yang membuat mereka bertiga semakin penasaran dan diliputi rasa takut.
Sementara itu, Rina yang masih berada di warung. Rina mengecek dan melihat-lihat kondisi kamera menggunakan viewfinder. Ia mengitari tempat itu dengan teliti. Saat pandangannya ditujukkan diluar kameranya, Rina menangkap sosok perempuan yang mengenakan kemeja putih dengan raut wajah yang sangat pucat. Dan akhirnya Rina pun memutuskan untuk menyusul teman-temannya di dalam gedung tua. Waktu terus berjalan, ketika Akram, Ucok, dan Sugeng masih penasaran dan mereka mencari-cari sesuatu yang menakuti ketiganya, tiba-tiba terdengar jeritan dari arah luar gedung dan mereka pun mengenali suara tersebut.
“Itu Rina!!!“ Jelas Akram.
Akram, Ucok dan Sugeng pun secepat mungkin menghampri Rina. Mereka sangat terkejut dengan keadaan Rina yang sangat ketakutan dengan munculnya sosok perempuan yang selalu menghantuinya. Kemudian keempat mahasiswa itu dikejar-kejar oleh sosok perempuan yang menghantui Rina dan teman-temannya. Akan tetapi Akram sadar bahwa dari perkataan pak Sholeh ketika pengambilan gambar pertama kali. Di gedung ini belum pernah terjadi hal-hal yang aneh.
“Teman-teman kalian ingat perkataan pak Sholeh kemarin? Sejak pak Sholeh tinggal di kampung ini, beliau belum pernah menemukan kejadian-kejadian aneh. Apalagi dengan kejadian adanya hantu di sini.“ Terang Akram kepada teman-temannya.
“Kalau begitu, menurutmu sosok perempuan yang selama ini menghantuiku itu bukan hantu?“ tanya Rina. Akhirnya keempat mahasiswa itu berpencar mencari sosok perempuan yang dimaksud. Setelah berusaha mereka mengepung tempat itu, akhirnya tertangkaplah sosok perempuan yang selalu menghantui Rina itu.
Sosok perempuan itu mengakui bahwa maksud dari menghantui Rina selama ini adalah ingin balas dendam karena wanita yang selama ini yang ia sayangi yang tak lain kakak kandungnya, meninggal karena perbuatan Bapak Rina.
“Aku menyadari bahwa perbuatanku ini salah, tetapi aku tidak rela kalau kakakku meninggal hanya karena Bapak Rina yang brengsek dan tak bertanggung jawab.“ Jelas sosok perempuan itu.
0 comments:
Posting Komentar