Matari Welcome

Selamat Datang di Matari sehati Yogyakarta

WARIA JUGA MEMBUTUHKAN KEBUTUHAN ROHANI

13.48 Posted In Edit This 0 Comments »
Liputan Khusus dari Pesantren Waria Yogyakarta
oleh : Dian T Indrawan
Ketua Program Konseling dan Pengorganisasian Komunitas Gay Matari Sehati Yogyakarta

Bulan suci ramadhan telah tiba, kini waktunya umat muslim diseluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Tak tertinggal teman-teman waria yang kini mulai sadar akan kebutuhan rohani. “Waria itu juga manusia, di dalam batinnya juga membutuhkan agama dan saya merasakan hal itu.” Demikian dikatakan Kyai Hamroli dari Pondok Pesantren Mujahadah Al Fatah Yogyakarta saat ditemui tim Matari Sehati Yogyakarta, Minggu (7/9). Teman-teman waria sebenarnya juga ingin bersama umat lain menjalani ibadah di masjid. Tapi apa daya, pandangan negatif masih menyertainya. Beruntung ada salah seorang ustadz yang melihat kondisi tersebut dan kemudian mendirikan Pondok Pesantren Khusus Waria di kampung Notoyudan, Yogyakarta. “Disinilah kami diperlakukan manusiawi, kami belajar mengaji bersama, berbuka puasa bersama, sholat tarawih, tahajud, dan berzikir serta bersahur bersama. Semua aktivitas selalu kami lakukan bersama-sama.” ungkap Arief (waria) salah seorang santri di pondok pesantren tersebut.

Pondok pesantren yang letaknya di tengah kampung Notoyudan ini didirkan di rumah ibu Maryani, yang juga salah seorang tokoh waria.
Berdirinya pondok pesantren ini baru sekitar 1 bulan dengan didukung oleh Ustadz KH Hamroeli Harun. Setiap sore beliau datang untuk memberikan pelajaran membaca Al-qur’an, mengaji dan aktivitas lain. “Waria juga seperti umat yang lain, menjalankan rukun Islam agar dekat dengan Sang Kuasa. Namun pada kenyataannya masih banyak yang belum dapat menerimanya, karena itu kami menegaskan agar ada tempat buat mereka mendekatkan diri dengan Allah SWT, disinilah kemudian kami berkumpul,“ Papar Ibu Maryani disela-sela kesibukannya memberikan penjelasan kepada tim Matari Sehati. Kendati berada diruangan sempit, hanya sekitar 3x4 meter persegi tetapi itu lebih dari cukup untuk mereka menjalankan ibadah. Tempat tak menjadi masalah bagi Ibu Maryani, Arief dan santri waria lainnya, namun hati yang lebih penting. Setiap hari terdapat puluhan waria dari berbagai daerah datang untuk belajar mengaji. Pakaian saat mengaji pun juga sederhana. Yang mengenakan sarung berada di syaf paling depan sedangkan yang mengenakan rukuh dan mukena di belakangnya.

0 comments:

Matari Facebook

Profil Facebook Matari Sehati Yogyakarta

Matari Search

Custom Search