Matari Sehati

Larangan merokok di tempat umum dan tempat-tempat khusus di Jakarta hingga saat ini masih sering dilanggar, padahal jika peraturan tersebut dipatuhi bisa jadi angka kesakitan dan angka kematian akibat nikotin bisa jauh berkurang. Hal tersebut sudah terbukti di Skotlandia yang jumlah pasien serangan jantungnya berkurang hingga 16 persen sejak diberlakukannya larangan merokok di area publik.

Menurut pemerintah Skotlandia dalam situs resminya, jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, sebelum dibuatnya larangan merokok, jumlah penurunan serangan jantung hanya berkurang tiga persen. Sejak berlakunya larangan merokok pada Maret 2006 hingga saat ini angka penurunannya sudah mencapai 16 persen. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Glasgow menunjukkan ada 3235 pasien serangan jantung yang dilarikan ke rumah sakit pada periode 10 bulan sebelum larangan merokok di buat. Namun setelah 10 bulan aturan tersebut dilaksanakan, jumlah pasien serangan jantung hanya tinggal 2684.

"Ini membuktikan bahwa peraturan tersebut mampu meningkatkan kesehatan semua orang di Skotlandia, baik itu para perokok, perokok pasif, anak-anak, juga pekerja bar," kata Deputi Chief Medical Officer Skotlandia, Peter Donnelly, seperti dikutip situs health24. Skotlandia merupakan negara pertama di wilayah Kerajaan Inggris yang memberlakukan larangan merokok di tempat umum. Tahun ini Inggris, Wales, Irlandia Utara akan menyusul. Selain di daratan Inggris, sejumlah negara di dunia juga telah membuat peraturan serupa, termasuk beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta dan Yogyakarta. Di Jakarta, peraturan yang diatur dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 75 Tahun 2005 tentang Pencemaran Udara menyebutkan setiap pelanggar akan dikenai sanksi enam bulan kurungan penjara atau denda Rp 50 juta masih direvisi karena dianggap memberatkan dan kurang efektif.

Sumber: http://64.203.71.11/ver1/Kesehatan/0709/12/123150.htm